Greenious-Hurray

Gak da yang lebih menyenangkan selain mencurahkan ide dalam bentuk tulisan, dan orang-orang membaca dan mengerti tulisan itu. He..he..

Jam Dinding


RockYou FXText

Monday, June 22, 2009

Mahasiswa Antara Sertifikat dan Intelektualitas

Diposkan oleh Reesh-Ma

Sebagai Mahasiswa yang menjadi peserta didik tingkat tertinggi dalam dunia pendidikan, yang nantinya mayoritas akan menjadi penerus Bangsa Indonesia baik di roda pemerintahan ataupun di bidang-bidang lainnya, maka selayaknya mahasiswa-mahasiswa dituntut untuk selalu mengedepankan intelektualitas serta skill-skill untuk menjadi pegangan kelak. Intelektualitas ini dapat berupa akademik maupun non akademik seperti organisasi dan aktif tidaknya seseorang dalam sebuah kegiatan. Dalam hal non akademik, dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat dari suatu lembaga tertentu.
Sertifikat tidak hanya menjadi tolak ukur aktif tidaknya mahasiswa dalam kegiatan kampus, namun juga menjadi pertimbangan di dunia kerja untuk menentukan layak atau tidak seorang sarjana diterima di instansi tersebut. Beragam kegunaan sertifikat tersebut telah menjadikan setifikat seolah didewa-dewakan, seolah sertifikat lebih penting dari substansi dari kegiatan tersebut. Sehingga menimbulkan pola pikir praktis dikalangan mahasiswa untuk mendapatkan sertifikat sebanyak-banyaknya tanpa perlu repot mengikuti sebuah kegiatan. Sertifikat di lain sisi juga menimbulkan peluang besar bagi penyelanggara acara untuk menarik minat peserta. Dengan ‘iming-iming’ sertifikat diharapkan mahasiswa dapat tertarik untuk mengikuti acara tersebut.
Pada akhirnya pola pikir seperti ini hanya akan menjadikan mahasiswa sebagai pengoleksi sertifikat. Substansi dari suatu kegiatan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara tidak tercapai secara maksimal. Karena setumpuk sertifikat ternyata tidak bisa membuktikan apakah mahasiswa itu mempunyai ilmu dan skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Apalagi dengan biaya pembuatan yang murah dan factor afilasi (keakraban dengan penyelenggara acara) maka dapat dimanipulasi seolah-olah sertifikat tersebut memang resmi dari sebuah kegiatan yang diikutinya.
Jika hal ini terus berlanjut, maka organisasi tidak lain hanya akan menjadi sebuah lembaga pengobral sertifikat murah. Maka diperlukan sebuah jalan keluar agar mahasiswa tetap dapat aktif dan memperoleh sertifikat sesuai kemampuan masing-masing. Diperlukan sebuah mekanisme agar sertifikat tidak gampang dibuat, seperti menyeleksi kegiatan-kegiatan yang layak untuk diberikan sertifikat atau lebih gampangnya mengukur intelektualitas seseorang tidak berdasarkan banyaknya sertifikat.
Intelektulitas dapat diukur dengan peran serta mereka di masyarakat. Sejauh mana mahasiswa dapat menyelesaikan, menyingkapi, atau menganalisis suatu problema dimasyarakat maka itulah seorang mahsiswa yang memiliki intelektualitas tinggi. Bukan berarti semua kegiatan tidak penting dan tidak usah diselenggarakan, namun hal ini untuk mencegah para calon-calon sarjana tidak memiliki skill dan pengetahuan cukup di dunia kerja.


Risma Tri
Mahasiswi FH UNAIR 2008

2 komentar:

Amira Abdul Halim Draven Singorjo said...

saya mempunyai suara yang sama seperti anda

Reesh-Ma said...

yah... buat mahasiswa kini maju

Post a Comment

Cuap-Cuap yah...