Greenious-Hurray

Gak da yang lebih menyenangkan selain mencurahkan ide dalam bentuk tulisan, dan orang-orang membaca dan mengerti tulisan itu. He..he..

Jam Dinding


RockYou FXText

Sunday, April 17, 2011

BROTHERHOOD as BROTHERBLOOD (chapter 1)

Diposkan oleh Reesh-Ma

Beberapa tahun kemudian.
2 jam weker berbeda yang ada diruangan berbeda, berbunyi bersamaan, tapi Cuma satu yang segera dimatikan empunya. Cowok itu bangun dan mengucek-ucek matanya yang masih lengket. Dia memandang sebentar jam weker yang baru saja dia matikan. Jam 6.30 pagi dan 2 jam lagi kuliahnya dimulai. Meski masih ada waktu untuk melanjutkan tidurnya tapi percuma dia sudah nggak bisa lagi tidur nyenyak. Udah terlanjur bangun soalnya, jadi ya terpaksa dia langsung beranjak dari kasur kekamar mandi.
10 menit kemudian cowok itu keluar dari kamar mandi dengan muka yang lebih segar daripada tadi. Ketika dia akan kembali kekamarnya, langkahnya terhenti didepan pintu sebuah ruang didekat kamarnya. Samar-samar dari dalam kamar itu terdengar suara jam weker digital berbunyi nyaring. Dia sama sekali nggak berminat untuk masuk dan mematikan weker itu dan dengan 1 lirikan tajam dia kembali berjalan kekamarnya.
CKLEK! Ketika pintu kamar cowok itu tertutup, bersamaan pula pintu kamar yang satunya terbuka. Dari dalam muncul lagi 1 cowok dengan wajah lesu dan kusut. Sama seperti cowok yang sebelumnya, cowok ini juga segera berjalan menuju kamar mandi
Sekilas dua kamar yang berdekatan itu tampak mirip. Tapi sebenarnya beda total, nggak ada satupun barang yang kembar antara 2 kamar itu kecuali pintu dan lantainya. Catnya beda jauh, satu biru satu merah. Hiasan yang ada di 2 kamar itu juga berbeda. Dikamar cowok pertama yang paling banyak adalah replika-replika dan poster motor-motor balap ala F1 dan satu-satunya poster musisi yang nempel didindingnya Cuma poster besar penyanyi legendaries Bob Marley. Sedang dikamar yang kedua yang paling banyak poster-poster dari grup band legendaris seperti Nirvana, Gun’s n roses, Roling Stone dan macam-macam. Tapi yang paling gede dan tertempel di langit-langit kamar adalah poster grup bandnya sendiri, NutsZhen.
Cowok yang pertama keluar kamar dan berjalan ke ruang makan dilantai bawah. Gaya pakaiannya hampir sama dengan suasana kamarnya, benar-benar menujukkan kemachoan cowok.
“pagi ma!” sapanya pada wanita setengah baya yang sedang duduk dimeja makan
“pagi!” balas mamanya tanpa menoleh dan tetap sibuk dengan kertas-kertasnya
“ngapain sih ma? Sibuk bener!”
“ini mama kok jadi mikir! uang kiriman bulanan dari papamu kok cepet habis ya? Padahal jenis pengeluarannya sama lho!” kata mamanya sambil menulis sesuatu diatas kertasnya
“ck…! Klo kurang kan tinggal minta tambahan ke papa!”
“eh, papa kerja bukan buat kita foya-foya lho! Mama Cuma pake satu pembantu aja, seperlunya dan perlu pertimbangan matang” kata mamanya menasehati
“ah itu sih mamanya aja yang pelit!” ledek cowok itu
“hus!” sergah mamanya
“pagi!” tiba-tiba muncul suara cowok satu lagi dari tangga. Cowok itu juga sama seperti suasana kamar yang dominan biru itu, gayanya nggak segarang cowok pertama tapi tetap keren dengan style khas anak band.
“ngapain ma?” tanya cowok kedua sambil duduk di kursinya
“ini anggaran mama kayaknya kelebihan deh! Jangan-jangan kita udah boros mungkin ya?”
“hah? Masa? Nggak ah! Kayaknya nggak ada perubahan yang besar dengan keuangan kita. Mama aja kali yang sensitive ama duit?”
“duh, kalian berdua sama saja! Selalu bilang mama pelit, padahal hemat sama pelit itu beda lho”
Kedua cowok itu melengos. Nggak seperti layaknya saudara yang masih mau ketawa dengan ledekan mamanya tadi. Tapi 2 cowok ini justru ilfil dibilang mirip satu dengan yang lain.
“ma, aku berangkat kekampus ya?” cowok yang pertama berdiri dari kursinya dan mencium pipi kiri dan kanan mamanya sebelum pergi. Sementara mamanya sendiri tetap sibuk dengan anggaran-anggarannya
“Dhan!” panggil wanita itu
“ya!” jawab cowok pertama dan kedua bersamaan bahkan mereka juga menoleh bersamaan
“eh?!” wanita itu gugup melihat kedua anaknya menyahuti dan menoleh bersama “nggak, Cuma mau bilang… jangan boros-boros aja” kata mamanya
“oh!” kata cowok kedua
“ya!” kata cowok pertama melanjutkan jalannya
“ma, aku berangkat juga ya!” cowok kedua ikut berdiri
“he-eh!” mamanya mengangguk-angguk
Kedua cowok itu selain beda kamar, beda gaya juga beda kendaraan. Cowok pertama lebih menyukai motor balap hijau yang udah dimodif sehingga suaranya jadi cempreng banget dan cowok kedua lebih memilih mengendarai Honda jazz hijau tanpa modifikasi. Cowok pertama langsung tancap gas begitu keluar dari garasi dan membuat suara bising yang amat sangat. 5 menit kemudian disusul Honda jazz hijau keluar dari garasi.
Kampus mereka, UNIV Pelita Jaya jaraknya cukup jauh dari rumah 2 cowok tadi. Klo dalam keadaan normal paling cepat 1,5 jam baru bisa sampai, tapi buat si-cowok pertama Cuma perlu waktu paling lama ½ jam saja. Dan begitu sampai dia langsung memarkir motor ditempat biasa dia parkir.
Cowok itu nggak langsung turun dari motornya saat dia sampai di parkiran. Dari balik kaca helm KYT merahnya dia memandang tempat sekitarnya mencari-cari gengnya yang biasa lebih dulu parkir disitu. Bahkan saat helm-nya dilepas pun dia tetap duduk diatas motornya, merapikan gaya rambutnya yang berantakan. Gaya rambut hampir mirip captain tsubasa ini benar-benar favoritnya, rambut depan yang klimis dengan poni disebelah kanan sampai ke mata dan rambut belakang yang dijeprak-jeprakan memberi kesan berantakan.
Ditengah-tengah asyiknya membetulkan rambut, datang 3 cowok dengan motor balap masing-masing ke tempat si cowok pertama berhenti.
“hei bro!” sapa salah satu cowok yang baru datang
“kemana aja lo semua? Kenapa gak tunggu disini?” tanya cowok pertama
“kita sih udah datang dari tadi, tapi kita ngopi dulu man!”
BRRRMMM… CCSSSHHH….SH! desisan keras suara rem angin membuyarkan obrolan 4 cowok ini. Ketiga cowok itu menoleh ke sebuah mobil yang baru saja berhenti didekat mereka. cuma si cowok pertama melanjutkan lagi kegiatannya merapikan rambut. Didalam mobil, cowok kedua itu juga sedang membetulkan gaya rambutnya lewat kaca spion. Rambut klimis mirip Phewe-nya Tahta terus ditata sampai sekeren-kerennya. Dia nggak peduli ada 3 cowok yang penasaran menunggu dia keluar. Setelah puas menata rambutnya sampai “OK”, akhirnya dia buka pintu, turun, dan melepas kaca mata yang nongkrong dimatanya. Dia langsung pergi ke fakulatas Broadcast di gedung sebelah timur.
“kita pernah balapan dari rumah lo kesini kan?” tanya salah seorang dari 3 temen si cowok pertama
“trus? Lo masih mau balapan lagi sama gua?” bales si cowok pertama
“nggak! Cuma waktu itu tenggang waktu lo sama kita bertiga sekitar 15 menit kan? Tapi Honda jazz itu bisa datang 8-10 menit setelah elo, artinya dia lebih unggul 5 menit dari kita”
“apa hubungannya gue dengan Honda jazz itu?”
“nggak ada! Tapi klo ngeliat jarak waktu kedatangan lo sama dia, Cuma ada 2 kemungkinan. Tadi lo mampir ke suatu tempat dulu atau dia lebih dulu berangkat daripada elo”
“sok tau! Tebakan lo salah semua” cowok pertama tersenyum meledek
“kayaknya dia dikit-dikit punya bakat jadi pembalap”
“sodara lo tuh!” timpal cowok yang lainnya
“apaan sih? Cuma kebetulan kali!” cowok pertama mengernyitkan alis
“lo itu pembalap paling jago diantara kita, gank-gank balap yang lain juga tau. Ciri khas lo klo balapan, lo selalu ngalahin skor waktu lawan lo dengan telak. Jadi nggak ada yang tiba-tiba kebetulan bisa hampir nyamain skor waktu lo” salah satu cowok yang tadi cuman diam kini ikut bicara
“klo sodara lo terus dilatih, pasti dia bisa jadi pembalap juga kayak lo”
“nggak!” kata cowok pertama itu tegas
“ceilee… marah ni yee…!” ledek ketiga temennya sambil ketawa-tawa
“a…h males gue! Gue ada kelas sebentar lagi” cowok pertama itu berdiri lalu berjalan ke gedung barat, ke fakultas HI
“eh jangan lupa, entar malem lo ditantang sama gank-nya si Edo didaerahnya!” teriak salah satu cowok yang tadi
Si cowok pertama membulatkan jari telunjuk dan jempolnya tanda OK!
2 cowok berbeda itu sama-sama jalan ke fakultasnya masing-masing. Sebenernya 2 cowok itu cukup popular diantara mahasiswa-mahasiswi-nya, Cuma karena gaya dan fakultasnya beda jadi nggak banyak orang tau klo mereka itu saudara kembar. Klo pun tau mereka juga nggak bisa ngungkit-ngungkit hal ini, abisnya 2 cowok itu kayaknya nggak bangga jadi 2 bersaudara yang sama-sama keren.
Dari 2 tempat yang berbeda, cowok-cowok itu memasuki ruangan masing-masing. Kebetulan dosen-dosen mereka juga baru masuk. Dan di lembar absent kelas mereka, mereka menulis nama yang berbeda ZEN dan MICHI.

***

Kelas Zen baru saja selesai dan sekarang dia sedang berjalan ke kantin kampus, menemui gank balapnya. Begitu juga Michi, sekarang pun dia menuju ke lobi kampus tempat anak-anak band-nya biasa berkumpul. Dan ditengah-tengah perjalanan ketujuan masing-masing, nggak sengaja mereka berpapasan dan bahu mereka bertubrukan. Zen dan Michi sama-sama berbalik melihat siapa yang menabraknya. Mata Zen menyipit melihat Michi didepannya, sementara Michi tetap tenang meskipun keduanya sama-sama gak begitu saling suka.
Klo sedang berdiri berhadapan seperti ini, mereka merasa seperti sedang berdiri didepan cermin dan melihat bayangan sendiri. Wajah mereka benar-benar kembar identik, dan hampir nggak bisa dibedakan. Cuma gayanya doang yang membuat mereka jadi terlihat beda.
“Ardhan… Idhan!” suara bernada terkejut datang dari seorang cewek didekat mereka.
“Faya!” gumam Zen
“Faya!” gumam Michi (juga)
“ngapain lo berdua disini?” tanya cewek bernama Faya itu heran “fakultas lo berdua kan nggak disini” Faya berjalan menghampiri
“gue mau ke…” Zen dan Michi menghentikan kalimatnya masing-masing saat sadar bahwa mereka bicara bersamaan
“ehem!” Zen memalingkan muka sambil berdehem
“hmmm…!” Faya tersenyum “lo berdua itu aneh, kembar tapi muna’! elo deh Dhan yang ngomong duluan”
“gue…” lagi-lagi kalimat mereka terputus gara-gara bersamaan
“Ardhan dulu deh!” kata Faya tegas
“gue mau kekantin!”
“trus lo?” Faya berbalik ke Michi
“ke lobi, ketemu anak-anak”
Faya manggut-manggut mengerti “harusnya lo berdua tuh tukeran fakultas aja biar tempat nongkrongnya deket, trus kalian nggak bakal ketemu dan nggak bakal perang dingin lagi” komentar Faya
“hm… enggak lah! Gue nggak berminat di HI” kata Idhan alias Michi
“Broadcast buat gue udah kayak obat tidur” kata Ardhan atau Zen dengan pura-pura nggak mendengar kata-kata Michi
“orang-orang di HI pasti kayak politikus-politikus negeri” tambah Michi seolah-olah Zen nggak ada
“nggak perlu Broadcast kan? Toh film tinggal jiplak doang!” bales Zen
“udah stop deh!” Faya mengehntikan perang dingin itu “klo lo terusin lagi, bisa pecah otak gue dengerin sindiran-sindiran lo berdua” kata Faya sebel tapi tetep bercanda
“Fay! Ntar lo pulang sama siapa?” tanya Zen
“mm…m” Faya pikir-pikir “kayaknya gue pulang bareng lo Dhan… gue kangen sama motor balap lo!”
Zen tersenyum “klo kelas lo udah kelar, lo telfon gue ya?”
Faya mengangguk.
“gue cabut Fay!” gantian Michi yang ngomong
“gue juga Fay! Gue tunggu ntar siang ya?” Zen melambaikan tangan lalu berjalan kearah yang berbeda dengan Michi
Sebenernya saat itu hati Idhan atau Michi rada dongkol juga karena Faya lebih memilih pulang bareng saudaranya ketimbang dia. Dia serasa dikalahkan sama orang yang bener-bener gak dia suka, makanya tadi dia buru-buru pergi duluan sebelum terlibat perang mulut lagi.
“halo, sori gue telat!” Michi menyapa temen-temennya lalu segera duduk dikursi yang masih kosong
“kenapa lo kusut gitu?” tanya seorang temennya yang duduk disebelah Michi
“gak pa-pa! ntar pulang kuliah jadi ngeband kan?”
“ntar lo ngajak cewek lo juga?” tanya cowok yang berkaca mata
“siapa?”
“itu yang kemaren pernah lo ajak ngeband”
“Faya? Nggak, udah keburu disamber orang!”
“sama?” tanya si-baju biru
Michi diam, males menjawab pertanyaan temennya.
“ah gue tahu!” cowok yang duduk disamping Michi tiba-tiba menjerit pelan “pasti keburu disamber sama si Zen kan?” tebaknya
“apaan sih lo? Sotoy!” Michi semakin mengkerut
“tapi bener kan?” goda cowok yang bernama Deki itu
Michi diam.
Berbeda dengan keadaan Michi yang rada dongkol, Zen malah keliatan puas. Sejak ketemu Faya tadi sampai ke tempat temennya nongkrong, dia nggak berhenti bersiul. Sebenernya nggak ada satu orang pun tahu klo Zen memendam perasaan khusus pada Faya. Dan itu sudah sejak bertahun-tahun yang lalu. Faya adalah teman sepermainan Zen dan Michi sejak masih kecil, mereka bertiga tumbuh bersama. Meskipun tau klo Zen dan Michi musuhan tapi Faya bersikap adil pada mereka. Itulah salah satu alasan Zen jatuh cinta dengan Faya.
Sementara itu Nico, Ayel, dan Yosi Cuma terbengong-bengong heran melihat Zen datang sambil bersiul-siul ria, biasanya malah keliatan jutek ato sok cool. Sedang Zen sendiri cuek-cuek bebek meski tahu 3 temen gank-nya keheranan dengan sikap dia. Tanpa banyak komentar Nico menyilangkan jarinya diatas jidatnya lalu diikuti Ayel dan Yosi yang mengelus-elus dada prihatin.

0 komentar:

Post a Comment

Cuap-Cuap yah...